Tuesday, July 29, 2008

SCP !!!

SCP!! itu adalah program KPA Biocita Formica yang telah dilakukan sejak lama yaitu 2003 hingga kini. Program tersebut belum selesai karena berbagai alasan teknis serta perencanaan. SCP dahulu dengan nama Sanggara Conservation Project rencananya akan berganti nama menjadi Sanggara Cileat Project. Alasannya adalah kita ingin membuka mata dengan kenyataan yang sebenarnya, karena dengan segala keterbatasan yang ada jika ingin langsung mencapai konservasi masih agak perfeksionis, sehingga nama kegiatan ini dirubah menjadi Sanggara Cileat Project. Teritori yang menjadi objek penelitian maupun pengamatannya adalah sekitar Gunung Sanggara dan di sekitar daerah Curug Cileat. Keduanya merupakan tempat yang menjadi habitat bagi flora dan fauna yang unik.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan data awal baik flora dan faunanya. Data tersebut nantinya akan dijadikan data dasar atau primer untuk dilanjutkan penelitian selanjutnya. Kami hanya butuh dukungan para anggota yang A.O (Action Only). Segala dukungan yang ada semoga menjadi titik awal penyelesaian SCP ini.

Bagi seluruh anggota yang ingin berpartisipasi baik moril maupun materil dapat menunjukan dukunganya baik telp. atau SMS
ke
Dani Afgani ke 085284064980


Saturday, July 5, 2008

Biocita....vs...Gn.Ciremai

Banyak cerita tentang Gn.Ciremei yang kami dapat sebelum mendaki, "Gn.Ciremai tuch angker", "Gn.Ciremai tuch berbahaya", "Gak boleh sompral di sana", "Banyak yang meninggal di sana" dan tentunya cerita lain yang tak kalah mengerikan. Tapi akhirnya, dengan kehendak-Nya. Kami berlima [yayan (AMB 005 EL), Ados (AMB 003 EL), Endang (AMB 001 EL), Itox "Ita" (AMB 005 BR) dan Wasil "fitri" (B 096 KR)] dapat mencapai puncak Gn.Ciremai dengan ketinggian 3078 m dpl dan kembali ke kota Bandung dengan selamat.

Pendakian ke Gn.Ciremai merupakan hajatan angk
atan Embun Lembah (EL), dalam rangka Perjalanan Panjang. Selain Gn.Ciremai, Perjalanan Panjang EL juga akan dilanjutkan ke Gn.Sanggara (Subang). Jalur yang dilalui saat mendaki Gn. Ciremai yakni jalur palutungan (Cirebon), yang terdiri dari 7 pos [palutungan, Cigowong (1420 mdpl), Pangguyangan Badak (1 800 mdpl), Arban (2050 mdpl), Tanjakan Asoy (2200 m dpl), Pasanggarahan (2450 m dpl), Gua Walet (3000 m dpl)]. Sedangkan jalur turun melalui jalurLinggarjati (Kuningan), dan pos yang kami lalui yaitu [Pangasinan (2750 m dpl), Sangga Buana I (2500 m dpl), Sangga buana II (2450 m dpl), Batu Lingga (2250 m dpl), Bapak Tere (2000 m dpl), Tanjakan Bin-bin (1800 m dpl), Pangalap (1600 m dpl), Kuburan Kuda(1450 m dpl), Condang Amis, Leuweung Datar (1200 m dpl), dan Cibunar (750 m dpl)].

Selama perjalanan selain puncak dan Gua W
alet, Tanjakan Asoy merupakan jalur yang paling asoy (berkesan) yang kami lalui, karena kemiringan mencapai sekitar 50 derajat. Dalam perjalanan, k ami temui sekelompok lutung, Elang hitam dan beberapa jenisburung yang masih kami identifikasi sampai saat ini.
Kelancaran selama perjalanan ini, kami yakini ditentukan dari niat, apapun yang kita dapa
t tergantung dari niat, so luruskan niat...sebelum melakukan kegiatan apapun...Ok boz.

Beberapa moment yang berhasil kami dokumentasikan....
















Puncak Gn.Ciremai (3078 m dpl)



Angkatan Embun Lembah (EL)




Perjalanan pulang....meninggalkan Ciremai







Tuesday, July 1, 2008

WWF berhasil Merekam Badak Jawa dengan Video Trapping di T.N. Ujung Kulon

Hallo Genk!!!

Saya puya info menarik dari situs WWF, lumayan sebagai Trigger atau pemicu semangat kita untuk melakukan segala usaha pelestarian baik hewan maupun tumbuhan. Berikut Kutipan dari situs WWF.


JAKARTA, 29 Mei 2008—Hanya satu bulan setelah dioperasikan, video kamera jebakan (video trapping) yang dipasang oleh tim peniliti badak Taman Nasional Ujung Kulon dan WWF-Indonesia berhasil mendapatkan sejumlah rekaman gambar induk badak Jawa beserta anaknya. Rekaman gambar video ini adalah hasil rekaman gambar bergerak pertama dari badak Jawa yang berhasil didapatkan dengan menggunakan teknologi video kamera jebakan.

Dalam gambar yang berhasil direkam tersebut, tampak induk badak mengamati kamera video secara seksama sebelum kemudian menyeruduknya hingga terpental. Tim peneliti kemudian menemukan kamera tersebut dalam kondisi tergeletak di tanah tak jauh dari tempatnya semula dipasang, dan untungnya dalam kondisi dan fungsi yang baik.











"Dengan jumlah populasi yang relatif kecil, yaitu tak lebih dari 60 ekor saja, kerusakan yang mungkin timbul akibat insiden seperti itu sangat kecil artinya jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan,” kata Adhi R. Hariyadi, Manajer Lapangan WWF-Indonesia di Taman Nasional Ujung Kulon. “Badak jawa adalah satwa yang pemalu sehingga sangat sulit untuk mendapatkan gambarnya. Penggunaan teknologi video jebakan seperti ini sangat membantu untuk mempelajari perilaku dan dinamika populasi satwa liar ini dengan lebih detil jika dibandingkan kamera biasa,” kata Adhi. Sebelum ‘video trap’ ini mulai dioperasikan pada Maret lalu, WWF beserta mitra di TN Ujung Kulon telah menggunakan ‘camera trap’ (yang menghasilkan gambar tidak bergerak) untuk mempelajari kehidupan mamalia bercula satu tersebut.


Video lainnya yang terekam sejak Maret lalu mencakup gambar induk badak jawa serta anaknya yang sedang berkubang dilumpur, dan beberapa gambar individu badak jantan.

“Kami menyambut baik hasil temuan menggunakan video jebakan ini. Lewat rekaman video ini kami berharap bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang kehidupan dan perilaku badak Jawa sehingga kemudian dapat membantu mengurangi ancaman terhadap habitat dan populasinya,” kata Agus Priambudi, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Ancaman tersebut diantaranya mencakup kompetisi habitat dengan Banteng liar serta tumbuhnya Arenga obsitufolia yang membatasi pertumbuhan tumbuhan pakan Badak Jawa.
Badak Jawa hanya ditemukan di dua tempat di dunia, dan populasi terbesar yaitu sekitar 60 ekor--atau lebih dari 90 persen populasi dunia-- berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Pemerintah Indonesia cq Departemen Kehutanan, bersama mitra, termasuk diantaranya WWF, IRF, dan YABI, belum lama ini meluncurkan Rencana Aksi Nasional Konservasi Badak –yang bertajuk Proyek Abad Badak--dan membentuk Rhino Task Force untuk mendorong upaya pelestarian badak di Indonesia. Salah satu upaya pelestarian badak Jawa yang menjadi target rencana aksi tersebut adalah memulai proses penetapan habitat kedua (second habitat) di luar TN Ujung Kulon, guna meningkatkan keberlangsungan hidup spesies ini dan mencegah kepunahan akibat bencana alam maupun epidemi penyakit. Penetapan habitat kedua tersebut dilakukan secara bertahap dengan merelokasi beberapa pasang badak Jawa yang subur ke lokasi baru yang sesuai.


“Identifikasi dengan menggunakan video jebakan seperti ini perlu terus dilakuan karena data yang dihasilkan dengan teknologi ini sangat membantu mengetahui peranan masing-masing individu badak Jawa di dalam populasinya,” kata Susie Ellis dari International Rhino Foundation. Menurutnya, keberhasilan mengidentifikasi individu yang sesuai untuk habitat kedua tersebut sangat krusial terhadap suksesnya penetapan habitat kedua bagi badak Jawa.


Kamera video baru menggunakan teknologi digital ini melengkapi metode terdahulu yang digunakan untuk mengidentifikasi satwa liar. Kamera ini relatif lebih mudah dipasang dan biasanya ditempatkan sekitar 10 meterdari lokasi badak berkubang-- dan membutuhkan kehati-hatian dan pengamanan ekstra, serta memiliki sudut pengambilan gambar yang terbatas. Bagi peneliti satwa liar, terbatas dan jauhnya jarak dan sudut pengambilan gambar menyebabkan sulitnya identifikasi jenis individu badak tertentu.


Sebaliknya, selain mudah dipasang, kamera video baru ini sangat aman untuk dioperasikan dan cukup kuat. “Kamera yang diseruduk oleh induk badak itu kami bersihkan dan keesokan harinya dipasang kembali. Sama sekali tak ada kerusakan berarti”, kata Adhi Kamera tersebut dipasang dan terus dimonitor oleh tim survey yang terdiri dari Jagawana Taman Nasional Ujung Kulon, staff biologi WWF-Indonesia, serta masyarakat lokal.

Rekan-rekan bisa melihat Badak Jawa ini ketika terekam oleh video, KLIK saja.