Wednesday, January 7, 2009

PARADIGMA PECINTA ALAM


Paradigma? Apa yang pernah kita ketahui tentang apa yang namanya paradigma, sulit memeng untuk mendefinisikannya. Ada sebuah cerita yang mungkin bias sedikit membantu di cuplik dari penggalan tulisan yang ditulis oleh Stephen Covey, kurang lebih begini ceritanya ; Disebuah stasiun kereta bawah tanah dan didalam kereta ada seorang ayah bersama dua anaknya, umumnya yang nananya kereta bawah tanah disana para penumpangnya sangat tenang sangat jauh dari kericuhan. Namun saat itu suasana gerbong sangat gaduh dan ricuh. Ketika ada dua orang anak kecil tadi berlarian dan membuat gaduh dalam gerbong itu sehingga membuat sebagian besar penumpang serasa tidak nyaman dan ayah kedua anak terseebut membiarkan anak – anaknya gaduh didalam gerbong. Sampai ada seorang penumpang yang mungkin merasa sangat terganggu dengan kegaduhan menegur orang tua anak itu “kenapa Anda membiarkan anak – anak anda berbuat rebut sehingga mengganggu kenyamanan para penumpang dikereta ini?”

Setiap orang yang ada di dalam kereta itu mengkin berfikir bahea sang ayah memang orang yang tidak bisa mengurus anak – anaknya. Tapi apa yang dijawab oleh sang Ayang ketika ditegur oleh salah satu penumpang kereta itu, “Bagaimana saya dapat menghentikan kegembiraan mereka, sementara mereka tidak tahu kalau 2 jam yang lalu ibunya baru saja meninggal dunia.. dan saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dirumah nanti ketika mereka tahu kalau ibunya tidak bersama mereka lagi sekarang”. Sejenak suasana dalam kereta berubah menjadi ceria senantiasa semua orang menghibur kedua anak tersebut setelah mendengar cerita sang Ayah.

Jadi sekelumit cerita tadi bisa menggambarkan tentang apa yang namanya paradigma, bahwa paradigma penumpang kereta yang menganggap bahwa si Ayah tidak bisa mengurus anak – anaknya sekejab mendengar berubah setelah mendengarkan penjelasan dai sang Ayah, apa jadinya suasananya.

Apa hubungannya sekilas cerita diatas dengan paradigma pecinta alam sekarang?. Mungkin kita yang merasa melebeli diri kita dengan istilah pecinta alam adalah orang – orang yang punya jiwa petualang dan menyukai banyak tantangan. Mendaki Gunung, Memanjat Tebing yang tinggi, menelusuri goa yang dalam, mengarungi derasnya sungai dan lain sebagainya. Tapi apa ya iya Cuma hanya itu?. Gimana dengan seorang ibu yang tiap hari merawat bunga, para peneliti selalu mengembangkan penemuan – penemuannya dibidang tumbuh – tumbuhan agar tetap terjaga spesiesnya.

Semetara peda kenyataannya apa yang kita tahu dan masyarakat tahu tentang dunia pecinta alam, adalah seperti yang diawal kalo kita itu tidak lebih hanyalah seorang pendaki gunung,pemanjat tebing,penelusur goa,pengarung sungai,penerbang paralayang dan penggemar olahraga beresiko tinggi. Tapi disisi lain, dalam benak para pecinta alam pasti punya pandangan yang lain. “lha kita juga bisa dan pernah melakukan kegiatan yang juga bernilai positif seperti, peringatan hari bumi, menggelaracara seminar lingkungan,penghijauan hutan,kegiatan konservasi lingkungan,pengabdian masyarakat dan sejenisnya yang tidak hanya petualangan”. Pertanyaannya apakah masyarakat tahu akan hal itu?

Sehingga image pecinta alam di masyarakat hanya sebagai komunitas yang sering berpetualang,bebas, dan banyak mengundang masalah. Pernah distatiun televisi swasta menayangkan aktifitas atau gaya hidup pecinta alam. Simak saja kondisi yang tergambar disitu, tidak lain adalah sebuah representative aktifitas yang lebih memberikan sebuah kontribusi yang nyata bagi masyarakat. Berdasarkan pengamatan, terjadi penurunan penerimaan anggota baru di sebagian besar perhimpunan. Mungkin image dari pecnta alam telah menjadi titik antiklimak dari kebeadaan dan kelanjutannya komunitas yang dinamakan pecinta alam. Gaya hidup yang belum dapat disesuaikan dengan perubahan jaman. Lihat saja gejolak kaum muda pada jaman sekarang. Naik gunung, manjat tebing, atau aktifitas lain sudah menjadi akifitas yang kurang diminati.

Berangkat dari hal – hal tersebut apakah tidak sebaiknya mulai melihat dalam diri masing – masing sebagai pecinta alam. Dan mulai melakukan sebuah perubahan paradigma yang bisa membuat masyarakat yakin bahwa yang namanya pacinta alam tidak hanya bisa naik gunung, manjat tebing,dan sejenisnya, tapi juga bisa berperan secara penuh dalam masyarakat khususnya di dunia lingkungan hidup. Kegiatan pertalangan adalah bagian dari hobi para pecinta alam. Satu hal lagi fakta yang ada yaitu pecinta alam diakui keberadaannya di masyarakat dalam bentuk komunitas, sehingga kegiatan – kegiatan yang dilakukan hendakna dilakukan oleh kesadaran komunitas. Masih banyak koq hal yang bisa dilakukan untuk masyarakat dengan bermodalkan beragam kemampuan yang dimilikinya. Cuma kadang yang satu ini tidak dianggap sebagai bagian dari akivitas utama atau misi pecinta alam itu sendiri. Sehingga kalaupun itu dilakukan, hanya dilakukan oleh sebagian kecil saja dari komunitas pecinta alam. Ini yang membuat masyarakat jarang bisa menerima itu juga aktivitas pecinta alam.

Hal ini akan berakibat positif jika masyarakat bisa memahami hal itu dan mengenai lebih dekat siapa sebenarnya pecinta alam itu. Dengan begitu dengan penuh kesadaran pula pacinta alam akan melakukan hal – hal yang tepat guna bagi dirinya sendiri pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kita sadar bawasannya kita tidak hidup sendirian dalam masyarakat. Image yang kurang baik dari masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas individu tinggallah sebagai ulah individu bukan lagi di cap sebagai aktivitas komunitas pecinta alam.

Seberapa tahan kita akan melakukkannya, tinggal seberapa kuat tingkat ketahanan kita untuk mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan atau fakta, bukan lagi sekedar paradigma. Manjadi baenar pecinta alam dikenal dimasyarakat kita, itu memang tidak mudah tapi disitulah letak tantangannya. Pecinta alam yang punya jiwa sosial yang tinggi, suka berpetualang, menyukai tantangan dan peka serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Dengan begitu kita akan benar – benar sadar akan peran kita di masyarakat luas sebagai pecinta alam.
(Sumber :jelajah.net)

No comments: